SEJARAH
APEC
(Asia Pasific Economic Cooperation)
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada tahun 1989, para pemimpin negara – negara yang terletak dilingkar luar
Samudra Pasifik mengadakan pertemuan multilateral dan mendeklarasikan
berdirinya APEC ( Asia Pasific Economic
Cooperation). Visi APEC adalah untuk mengurangi tarif dan hambatan
perdagangan lain di wilayah Asia Pasifik, menciptakan ekonomi domestik yang
efisien dan secara dramatis meningkatkan ekspor. Kunci untuk mencapai visi APEC
adalah apa yang disebut dengan ”Deklarasi Bogor” , yaitu bahwa negara yang
sudah pada tingkat industrialisasi (negara – negara maju) akan mencapai sasaran
perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka (liberalisasi) paling lambat
tahun 2010, dan wilayah yang tingkat ekonominya sedang berkembang paling lambat
tahun 2020.
Dari segi organisasi, kelompok bernama APEC ini adalah yang terbesar di
dunia. Selain beranggotakan 21 negara, APEC memiliki kekuatan ekstra besar yang
tidak dimiliki organisasi serupa di dunia ini dalam konteks perekonomian. APEC berpenduduk 2,3
miliar jiwa dari 6 miliar jiwa penduduk dunia. Setengah dari perdagangan dunia
terjadi di APEC. Sebesar 18 triliun dollar AS Produc Domestic Bruto (PDB) dunia
dari total 30 triliun dollar lebih PDB dunia ada di APEC.
Anggota APEC merupakan negara yang berada di lingkar luar Samudra Pasifik,
yaitu Amerika Serikat, Australia, Brunei Darussalam, Cile, Cina, Filipina, Hong
Kong, Indonesia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Papua
Nugini, Peru, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Lima dari sepuluh negara yang memiliki kekuatan perekonomian terbesar di
dunia ada di APEC, yakni Amerika Serikat, Jepang, Cina, Kanada, dan Meksiko.
Sejak digelarnya APEC Economic Leaders Meeting (AELM) di Seattle, AS tahun
1993, setiap tahun dilahirkan deklarasi atau kesepakatan bersama di antara para
pemimpin negara – negara anggota APEC.
Bagi Indonesia, organisasi APEC menjadi momentum bagus untuk memanfaatkan
kerjasama ekonomi regional serta memasukkan kepentingan nasional, demi
memajukan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Namun, demikian untuk
mampu mewujudkan tujuan APEC yang tertuang dalam Deklarasi Bogor tidaklah
mudah, melihat dari kondisi ekonomi rakyat Indonesia yang kurang begitu
memuaskan. Selain itu dengan adanya deklarasi tersebut liberalisasi perdagangan
mengharuskan ekspor kita diturunkan. Konsekuensinya, barang dari luar negeri
mengalir deras di pasaran. Agar hal seperti itu tidak terus – menerus
menggerogoti produk lokal, pemerintah harus bergerak cepat dalam meningkatkan
dan mendorong usaha/ produk lokal agar tidak terjajah oleh produk asing.
- Bagaimana sejarah terbentuknya APEC ?
- Deklarasi apa saja yang dilahirkan APEC ?
- Apa manfaat APEC bagi negara Indonesia ?
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan
sejarah terbentuknya APEC.
2. Menyebutkan
deklarasi yang dilahirkan APEC.
3. Dapat memahami manfaat APEC bagi negara
Indonesia.
BAB 2
ISI/ ANALISA
APEC (Asia Pasific
Economic Cooperation) merupakan wadah kerja sama negara – negara di kawasan
Asia Pasific di bidang ekonomi. APEC resmi terbentuk pada bulan Nopember 1989
di Canberra, Australia. Pembentukan forum ini merupakan usulan mantan Perdana Menteri Australia,
Bob Hawke, yang merupakan kelanjutan dari berbagai usulan dan upaya untuk
mengadakan kerja sama ekonomi regional Asia Pasific. Ada dua faktor dominan
yang mendorong lahirnya APEC, yaitu :
- Adanya kekhawatiran akan gagalnya perundingan putaran Uruguay yang dapat berakibat meningkatnya proteksionisme dan munculnya kelompok – kelompok perdagangan, seperti Pasar Tunggal Eropa dan Pasar Bebas Amerika Serikat.
- Perubahan besar di bidang politik dan ekonomi yang sedang terjadi dan berlangsung di Uni Soviet dan Eropa Timur.
Dua faktor inilah yang melatarbelakangi kelahiran APEC,
suatu forum kerja sama internasional yang dimaksudkan untuk meningkatkan kerja
sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik, terutama di bidang perdagangan dan
investasi. Keanggotaannya bersifat terbuka dan kegiatannya lebih menekankan
pada kerja sama di bidang ekonomi. Dengan kata lain, forum ini pada dasarnya
ingin membentuk sebuah blok terbuka yang keanggotaannya bersifat suka rela,
dengan fokus perhatian pada masalah ekonomi, bukan politik.
Empat tahun setelah pendiriannya pada
tahun 1989, para pemimpin negara – negara anggota APEC mulai menggelar dialog
intensif dan setahun setelah mendirikan sekretariat pada tahun 1992 APEC mulai
dengan tahap pembentukan visi.
Pada pertemuan para pemimpin ekonomi
anggota APEC (AELM) yang pertama di Blake Island, Seattle, AS. APEC menetapkan
visi bahwa kawasan yang mewakili (saat itu) populasi 40 % dari penduduk dunia,
dan Produk Nasional Bruto (PNB) mencapai sekitar 55 % PNB dunia, siap memainkan
peranan penting dalam perekonomian dunia.
Berkaitan dengan ini, APEC mendukung
sepenuhnya sistem perdagangan multilateral serta yakin bahwa perdagangan dan
investasi bebas akan mampu mengantarkan Asia Pasifik menjadi kawasan yang
memiliki peran penting dalam perekonomian dunia.
Liberalisasi perdagangan
dan investasi merupakan sasaran utama APEC dan hal ini menjadi sangat jelas
sejak Deklarasi Bogor tahun 1994, ketika para pemimpin APEC menetapkan sasaran
perdagangan bebas dan investasi untuk negara maju tahun 2010 dan negara
berkembang 2020.
Sejak digelarnya AELM di Seattle, AS
tahun 1993, setiap tahun dilahirkan deklarasi atau kesepakatan bersama di
antara para pemimpin negara – negara anggota APEC.
2.2 DEKLARASI APEC
- Blake Island, Seattle, AS tahun 1993
Para pemimpin
APEC berhasil menciptakan visi ekonomi (Economic Vision of APEC Leaders). Dalam pertemuan ini
disepakati untuk menciptakan sistem perdagangan yang lebih terbuka di Asia
Pasifik.
Cara yang akan ditempuh adalah dengan menetapkan kerangka
kerja sama perdagangan, investasi, dan pengalihan teknologi, termasuk
permodalan. Para pemimpin APEC menegaskan bahwa liberalisasi perdagangan dan
investasi adalah dasar identitas dan aktivitas APEC.
- Bogor, Indonesia tahun 1994
Pada pertemuan di Bogor disepakati bahwa negara yang
sudah pada tingkat industrialisasi (negara – negara maju) akan mencapai sasaran
perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka (liberalisasi) paling lambat
tahun 2010, dan wilayah yang tingkat ekonominya sedang berkembang paling lambat
tahun 2020.
Sehubungan dengan ini, para pemimpin ekonomi APEC sepakat
untuk memperluas dan mempercepat program permudahan perdagangan dan investasi
di kalangan APEC. Selain itu, disepakati peningkatan kerja sama pembangunan di
antara anggota melalui program pengembangan sumber daya manusia, pengembangan
pusat – pusat pengkajian APEC dan kerja sama di bidang IPTEK (termasuk alih
teknologi). Deklarasi Bogor dikenal sebagai Deklarasi Tekad Bersama
(Declaration of Common Resolve).
- Osaka, Jepang tahun 1995
Pada pertemuan di Osaka disepakati (Osaka Declaration),
bahwa APEC mulai melangkah ke tahap aksi dengan tiga pilar, yaitu perdagangan
dan investasi, fasilitas serta kerja sama ekonomi dan teknik. Prinsip – prinsip
untuk memandu pencapaian liberalisasi dan fasilitasi meliputi konsistensi
dengan WTO, komparabilitas, nondiskriminasi, transparasi, komprehensivitas,
standstill.
Pada pertemuan di Osaka juga disepakati untuk menyusun
agenda Rencana Aksi Individual dan Rencana Aksi Kolektif yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya di Manila.
- Teluk Subic, Filipina tahun 1996
Pada pertemuan di Filipina disepakati untuk menciptakan
liberalisasi perdagangan dan investasi yang lebih progresif dan komprehensif
guna mencapai tujuan Deklarasi Bogor. Para pemimpin APEC merekomendasikan
diadakannya Rencana Aksi Individual masing – masing negara anggota untuk
membahas dalam pertemuan di Vancouver, Kanada.
Selain itu disepakati pula untuk memfasilitasi dunia
usaha dalam melakukan transaksi bisnis baik di dalam maupun antaranggota ekonomi
APEC. Kesepakatan yang dicapai di Filipina ini disebut sebagai Rencana Aksi
Manila untuk APEC (Manila Action Plan for APEC/ MAPA).
- Vancouver, Kanada tahun 1997
Pada pertemuan ini disepakati penerapan paket EVSL atau
liberalisasi sektoral sukarela secara dini sebagai wujud Rencana Aksi
Individual. Adapun sektor – sektor yang disetujui untuk diliberalisasi secara
dini adalah ikan dan produk ikan, produk kehutanan, peralatan kedokteran,
energi, mainan, permata dan perhiasan, produk kimia, telekomunikasi serta
peralatan pengaman lingkungan, dan produk penunjangnya.
Dan sejumlah sektor yang ditolak liberalisasi dininya
adalah sektor otomotif, produk pesawat terbang sipil, pupuk, karet, dan karet
sintetis, minyak, dan produk minyak dan makanan.
- Kuala Lumpur, Malaysia tahun 1998
Salah satu keputusan penting yang dihasilkan di Kuala
Lumpur (Cyberjaya Declaration) adalah kesepakatan mendesak negara industri maju
untuk membenahi institusi keuangannya (peraturan yang menyangkut keuangan).
Seperti diketahui pada pertengahan tahun 1997, beberapa negara di kawasan Asia
dilanda krisis keuangan dan salah satu faktor yang memungkinkan hal itu terjadi
adalah kelemahan peraturan atau kebijakan keuangan di negara maju.
Selain itu negara maju diminta untuk lebih transparan
menyangkut standar internasional bagi institusi keuangan swasta yang terlibat
langsung dalam pergerakan arus modal internasional.
Pada pertemuan kali ini juga para pemimpin APEC
mengharapkan agar lembaga keuangan internasional dapat dan mampu menyajikan analis
– analis yang lebih obyektif. Selanjutnya para pemimpin ekonomi APEC sepakat
untuk meningkatkan upaya – upaya inovatif dalam rangka pemulihan arus masuk
modal. Hal ini akan diupayakan melalui kerja sama dengan lembaga multilateral
seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia.
- Auckland, Selandia Baru tahun 1999
Pada pertemuan Selandia Baru disepakati bahwa untuk
mempercepat pemulihan ekonomi dapat dan akan dilakukan melalui penajaman
komitmen liberalisasi dengan antara lain penghapusan hambatan perdagangan, baik
tarif maupun nontarif.
Selain itu disepakati bahwa untuk memperkuat sistem
ekonomi pasar di antara negara anggota, perlu membentuk pusat jaringan usaha
kecil menengah (UKM).
Dsb.
Bagi Indonesia, KTT APEC
adalah momentum untuk meningkatkan kerjasama ekonomi yang disinergikan konsep
MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia) dan 4 paket kebijakan ekonomi nasional. Titik
beratnya adalah untuk membuka akses terhadap arus investasi guna memacu
pencapaian target pembangunan koridor dalam MP3EI maupun mendorong perluasan
akses pasar untuk produk Indonesia yang kerap berbenturan dengan kebijakan
proteksi sejumlah negara APEC. Hal ini penting bagi kebutuhan modal pembangunan
maupun peningkatan produktifitas industri dalam negeri, serta menutup celah
defisit perdagangan internasional.
Perlu diketahui bahwa
realisasi MP3EI untuk sektor rill dan infrastruktur sejak tahun 2011 hingga
pertengahan 2013 mencapai Rp 647,46 T, 36% berasal dari investasi swasta
nasional dan asing. Sementara itu, untuk tahun 2015 sudah direncanakan
(pipeline) dalam MP3EI mencapai Rp 4.481 T terdiri dari 1.568 proyek, baik
sektor rill Rp 2.177 T (583 proyek), maupun infrastruktur Rp 2.304 T (terdiri dari
985 proyek). Proyeksi itu tentu membutuhkan arus investasi yang besar dan
kerjasama kawasan yang lebih erat dan saling menguntungkan, dan tentu akan
menjadi daya tarik tersendiri bagi negara anggota APEC untuk meningkatkan
investasinya di Indonesia.
Perdagangan bebas
kawasan memang dapat menjadi peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi dapat
membuka pasar bagi industri dalam negeri yang semakin meningkat. Namun, di sisi
lain apabila Indonesia tidak menyiapkan diri dengan baik, tentu akan dapat menjadi
jajahan produk asing yang dapat menghancurkan kemampuan produktif dalam negeri.
Tugas pemerintah yang
penting dan harus dilakukan adalah merubah persepsi masyarakat atau rakyat
Indonesia yang menganggap produk luar/ asing lebih menarik, walaupun
kualitasnya belum tentu lebih baik dari produk lokal. Serta meningkatkan dan
mendorong UKM di daerah – daerah.
BAB 3
PENUTUP
APEC (Asia Pasific
Economic Cooperation) dibentuk tahun 1989 merupakan suatu forum kerjasama di
bidang ekonomi bagi negara – negara yang berada di kawasan Asia Pasifik. Visi
dari organisasi APEC ini adalah untuk mengurangi tarif dan hambatan perdagangan
lain di wilayah Asia Pasifik, menciptakan ekonomi domestik yang efisien dan
secara dramatis meningkatkan ekspor. Setiap satu tahun sekali organisasi APEC
selalu mengadakan suatu perundingan yang nantinya menghasilkan sebuah
deklarasi/ misi dalam mencapai visi APEC.
Bagi rakyat Indonesia
KTT APEC diharapkan mampu menjadi jembatan internasional yang dapat
meningkatkan nilai perekonomian, demi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Namun, di sisi lain organisasi APEC juga bisa menjadi sebuah senjata untuk
menjajah produk/ industri lokal, melalui liberalisasi perdagangan yang bebas
dan terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.geocities.ws/irsjournal/APEC.html http://www.g-excess.com/2769/pengertian-apec-atau-asia-pasific-economic-cooperation/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar