Nasib Bahasa Daerah di Era Globalisasi
Manusia dapat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan. Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuatnya terasa nyata dan terungkap.
Perhatian terhadap kelompok - kelompok
minoritas sekarang telah menjadi betapa penting dengan adanya kontak
antarbudaya, namun diasumsikan bahwa komunikasi antarbudaya itu sangat sulit.
Hal ini disebabkan karena jika bahasa sebagai sistem bunyi gagal mengendap dalam
kantong – kantong budaya, maka masyarakat pun gagal untuk memahami dan dipahami
dalam konteks komunikasi antarbudaya.
Sikap kita sebagai masyarakat yang
kaya akan bahasa daerah adalah dengan melestarikan dan menjaga bahasa daerah
juga menggunakannya di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Dengan memasukkan bahasa
daerah ke dalam kurikulum sekolah berarti pemerintah dalam hal ini Kemendiknas
telah melaksanakan kewajibannya melestarikan bahasa daerah.
Bahasa daerah adalah
bahasa yang harus dimiliki dan digunakan oleh masyarakat Indonesia. Hal itu terjadi
karena Indonesia terdiri dari suku bangsa dan bahasa yang berbeda-beda walaupun
tetap satu tujuan.
Seperti yang kita ketahui, bahasa Sunda
merupakan salah satu dari sekian banyak bahasa daerah di Indonesia tidak ternilai
harganya dan wajib adanya pelestarian dari berbagai pihak.
Akhir – akhir ini, pendidikan bahasa
asing semakin gencar ditawarkan oleh berbagai lembaga pendidikan. Mungkin Anda sudah
tidak asing lagi dengan Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran yang di-UN-kan.
Di sekolah kami terdapat 4 mata pelajaran bahasa yakni Bahasa Indonesia,
BahasaInggris, Bahasa Sunda, dan Bahasa Jepang. Tentunya penambahan bahasa asing dalam
kurikulum sekolah menjadi sebuah prestasi dan kebanggaan bagi sekolah yang bersangkutan.
Saya prihatin melihat bahasa daerah
yang menjadi tombak kekayaan budaya bangsa
diabaikan begitu saja. Remaja masa kini lebih suka berbahasa asing agar
terkesan intelek dan gaul tinimbang berbahasa sunda sebagai bahasa daerahnya.
Sementara posisi bahasa Sunda dibiarkan terkubur karena dianggap bahasa yang
jadul, kolot, dan ketinggalan zaman. Tentunya para leluhur kita kecewa karena budaya
yang mereka perjuangkan tidak kita hargai sebagaimana mestinya.
Mungkin kita boleh memiliki persepsi
seperti itu. Kita boleh bahkan harus mempelajari dan memiliki kemampuan
berbahasa asing dengan baik untuk mengembangkan diri dan dapat berkomunikasi di
tingkat internasional. Apalagi era globalisasi memudahkan kita mendapatkan sarana/fasilitas
berkomunikasi dari dan ke berbagai penjuru dunia. Namun, jangan sampai kita menjadi
kacang yang lupa akan kulitnya. Bahasa Sunda, tetap harus kita lestarikan dan hargai.
Jangan sampai bahasa Sunda menjadi rebutan bangsa lain karena ketidakpedulian kita.
Kebiasaan
menggunakan bahasa selain sunda dalam percakapan sehari - hari dengan orang tua di rumah diduga menjadi penyebab utama
dari fenomena ini. Selain itu, kurangnya
interaksi anak dengan teman sebaya di lingkungannya
juga dianggap sebagai faktor penghambat untuk bersosialisasi dalam masyarakat.
Kondisi
ini diperburuk dengan “gempuran” media yang sarat dengan tayangan – tayangan
yang tidak mencerminkan budaya sunda, bahkan sangat bertentangan. Anak zaman sekarang
lebih mengenal sosok Lady Gaga daripada Kustian. Mereka lebih mengidolakan artis
Korea Psy dengan Gangnam Style nya daripada Kang Darso yang legendaris dan nyunda.
Untuk
melestarikan bahasa dan budaya sunda ditengah gempuran media saat ini,
dibutuhkan peran yang lebih dari orang tua dalam memberikan pemahaman kepada
anak -anaknya akan pentingnya berbahasa dan berbudaya sunda di lingkungan rumah.
Hal ini mengingat kebanyakan waktu yang dimiliki anak adalah di rumah sehingga peran
orang tua dianggap faktor yang paling menentukan dalam pembentukan karakter
berbahasa bagi anak. Dengan demikian, diharapkan lahir generasi penerus bangsa
yang tidak hanya memiliki kecerdasan akademik namun juga kecerdasan sosial,
termasuk kecerdasan berbahasa.
Belajarlah dari pengalaman. Jangan sampai
kasus direbutnya kekayaan budaya bangsa oleh negara lain terulang kembali akibat
perilaku kita selama ini. Bahasa Sunda adalah kebanggaan negeri kita. Maka dari
itu, gunakan dan lestarikan bahasa Sunda dengan sebaik – baiknya!
Kembang
Qalbi Azsary
SMAN
8 Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar